Aceh Tamiang, Acntimes.id | Kenaikan harga beras di Kabupaten Aceh Tamiang yang kini menembus Rp240.000 hingga Rp245.000 per 15 kilogram mulai dirasakan langsung dampaknya oleh pedagang warung makan, yang kini harus memutar otak agar usaha tetap bertahan tanpa mengecewakan pelanggan.
Yuda, pemilik warung nasi di Jalan Ir. H. Juanda, Kecamatan Karang Baru, mengaku tertekan dengan lonjakan harga bahan pokok utama ini. Meskipun penjualan masih stabil, kenaikan harga beras yang signifikan telah menggerus margin keuntungan yang biasa ia peroleh.
“Biasanya saya beli beras kualitas bagus di bawah Rp220 ribu per karung, sekarang sudah di atas Rp240 ribu. Mau tidak mau, kami harus lebih berhitung dalam stok dan penjualan,” ungkap Yuda.
Ia menjelaskan, perilaku konsumen saat ini cenderung memilih membeli makanan di warung daripada memasak sendiri, terutama karena harga beras eceran juga ikut melonjak. Hal ini membuat usaha warung makan tetap ramai, namun tekanan biaya membuat pedagang berada dalam posisi sulit.
Meski demikian, Yuda menegaskan bahwa dirinya tetap menjaga kualitas dan porsi nasi untuk pelanggan. Ia memilih tidak menaikkan harga jual secara drastis agar pelanggan tidak merasa terbebani, meski hal ini membuat keuntungan semakin tipis.
“Daya beli masyarakat sedang turun, sementara harga bahan pokok naik terus. Kami pedagang warung makan tidak punya banyak ruang untuk menaikkan harga karena persaingan juga ketat,” tambahnya.
Yuda berharap pemerintah dapat segera melakukan intervensi agar harga beras kembali stabil sehingga pedagang kecil dapat tetap bertahan. Menurutnya, jika harga beras terus naik, daya beli masyarakat akan semakin tertekan, dan warung makan yang selama ini menjadi alternatif masyarakat bisa kehilangan pembeli.
“Kami berharap pemerintah hadir untuk menstabilkan harga. Kalau harga terus naik, lama-lama pembeli bisa turun, dan ini akan berdampak pada kelangsungan usaha kami,” tutup Yuda.
Kenaikan harga beras ini menjadi pengingat pentingnya stabilitas harga bahan pokok bagi keberlangsungan usaha kecil serta ketahanan pangan masyarakat di daerah, terutama di tengah tekanan ekonomi pasca pandemi dan ketidakpastian harga pangan global.
Simak berita dan artikel lainnya melalui saluran kami di Channel WhatsApp
Tinggalkan Balasan