Gaza, Acntimes.id | Suasana duka menyelimuti keluarga Mohammad Ahmad Kamel Sarhan, remaja 13 tahun asal Gaza Selatan. Dalam sebuah wawancara emosional bersama jurnalis Ahmed Aziz dari Middle East Eye, Sarhan menceritakan kekejaman pasukan Israel yang menyergap rumahnya di Khan Younis, Gaza, pada Senin pagi, 19 Mei 2025.

Sponsor: ACNTimes
Iklan

Menurut kesaksian Sarhan, pukul 06.00 waktu setempat, rumahnya digempur secara brutal oleh tentara Israel yang disebut sebagai bagian dari satuan operasi khusus. Target mereka adalah sang ayah, Ahmed Kamel Sarhan, yang diketahui sebagai salah satu komandan senior Brigade Nasser Salah al-Din sayap militer dari Komite Perlawanan Rakyat Palestina.

“Saya terbangun oleh suara ledakan dan tembakan. Ayah saya sedang di kamar mandi saat mereka menyerbu. Mereka langsung menembaki tembok dan langit-langit rumah,” ujar Sarhan di tengah suasana rumah duka.

Sarhan, yang tinggal bersama kedua orang tuanya dan empat saudara kandungnya di sebuah kamar darurat yang dibangun di atas puing-puing rumah sebelumnya, menyaksikan sendiri bagaimana ibunya dipukuli, dibenturkan ke tembok, lalu diseret keluar rumah tanpa mengenakan jilbab.

“Mereka membawa anjing yang mencoba menggigit ibu saya. Ketika ibu saya melawan, mereka justru mengikat dan memborgolnya. Ibu saya terus berteriak kesakitan saat diseret ke dalam bus militer,” kisah Sarhan dengan mata berkaca-kaca.

Sponsor: ACNTimes
Iklan

Tak hanya sang ibu, ia dan saudara-saudaranya pun turut menjadi korban pemukulan. Bahkan, kakaknya, Wael (11), sempat pingsan karena ketakutan.

“Salah satu tentara menarik kepala saya dan berkata, ‘Lihat apa yang kami lakukan terhadap ayahmu.’ Saya melihat ayah saya sudah tak bergerak, tubuhnya penuh darah dan peluru,” lanjutnya.

Brigade Nasser Salah al-Din telah mengonfirmasi bahwa Ahmed Kamel Sarhan gugur dalam bentrokan tersebut. Dalam pernyataan resmi mereka menyebutnya sebagai “bentrok heroik melawan pasukan Zionis”.

Sarhan dan ibunya kemudian dibawa ke sebuah lokasi rahasia, yang diduga merupakan pangkalan militer Israel di wilayah Gaza yang dicaplok. Mereka dipisahkan dan ditempatkan di ruangan berbeda.

“Mereka terus bertanya kenapa saya yang belanja untuk rumah, bukan ayah saya. Mereka memukuli saya, membungkam saya dengan lakban, dan mengancam akan menembak saya,” ungkapnya.

Dengan tangan terikat dan mata tertutup, Sarhan akhirnya diturunkan di dekat Jalan 2, diminta berjalan kaki sejauh 400 meter hingga akhirnya ia diselamatkan oleh pamannya, Issam, di wilayah Salah al-Din.

“Saya tidak bisa melupakan suara tank, tembakan, dan teriakan penyiksaan dari ibu saya. Sampai sekarang saya tidak tahu ibu saya ada di mana,” ujar Sarhan lirih.

Hingga berita ini diturunkan pada Rabu (29/05/2025), keberadaan ibu Mohammad Ahmad Kamel Sarhan masih belum diketahui. (red)

Simak berita dan artikel lainnya melalui saluran kami di Channel WhatsApp