Jakarta, Acntimes.id | Hanya beberapa jam setelah percakapan telepon yang tegang dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan serangan udara terbesar ke Ukraina sejak invasi dimulai dua tahun lalu. Serangan terjadi pada Jumat malam (04/07/2025), menandai eskalasi baru dalam konflik yang terus memanas di tengah kebuntuan diplomasi global.
Menurut laporan angkatan udara Ukraina, Rusia meluncurkan 539 drone berbagai jenis serta 11 rudal dalam satu malam, menghantam sejumlah fasilitas sipil dan infrastruktur penting di beberapa kota Ukraina. Sedikitnya 23 warga sipil dilaporkan mengalami luka-luka akibat serangan ini.
Seorang pejabat militer Ukraina menyebutkan serangan ini sebagai yang terbesar dalam sejarah invasi Rusia, menandakan intensitas konflik yang semakin meningkat di tengah upaya perdamaian yang belum membuahkan hasil.
Panggilan telepon antara Putin dan Trump sebelumnya diharapkan dapat membuka jalan untuk meredakan ketegangan, namun percakapan tersebut berakhir tanpa kesepakatan konkret. Putin tetap bersikeras mempertahankan tujuan militernya di Ukraina, sementara Trump mengakui kegagalannya dalam mendorong langkah damai yang berarti.
“Putin secara terang-terangan mengabaikan seruan internasional untuk menghentikan perang, termasuk tekanan dari Amerika Serikat,” ujar Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiga, dalam pernyataannya.
Serangan besar ini juga menimbulkan kekhawatiran di Kyiv terkait keberlanjutan bantuan militer dari Amerika Serikat, yang selama ini menjadi tulang punggung pertahanan Ukraina dalam menghadapi serangan udara Rusia.
Di sisi lain, Ukraina juga meningkatkan serangan drone ke wilayah Rusia dalam beberapa pekan terakhir. Salah satu insiden terbaru melibatkan jatuhnya drone Ukraina di gedung apartemen di wilayah Rusia, yang mengakibatkan seorang perempuan tewas. Selain itu, seorang jenderal Rusia dilaporkan tewas dalam serangan drone di Kursk, wilayah yang menjadi salah satu titik panas konflik.
Dengan eskalasi serangan udara Rusia dan balasan drone dari Ukraina, situasi di lapangan semakin memburuk, memperlihatkan stagnasi diplomatik di tingkat global dan membuka kekhawatiran akan babak baru perang panjang yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. (*)
Simak berita dan artikel lainnya melalui saluran kami di Channel WhatsApp
Tinggalkan Balasan